Selamat
berduka, jiwa. Salam dari hati yang tak pernah dilirik olehnya.
Kau tak
perlu tahu seberapa susahnya payung menahan derasnya hujan hanya untuk
melindungi seseorang atau bahkan dua orang dibawahnya. Kau tak perlu tahu
seberapa susahnya aku menahan rasa ini bertahun-tahun hanya untukmu. Engkau
yang bersamanya. Dan engkau yang tak pernah peduli akan perasaanku.
Kau tak
perlu tahu seberapa sulitnya seorang remaja yang bergengsi tinggi hanya untuk
mengucapkan kata sayang kepada kedua orangtuanya. Kau tak perlu tahu aku sudah
menyiapkan berbagai macam cara demi mengucapkan kata yang sulit untuk diucap
itu. Namun kau selalu tahu bahwa aku tak pernah berucapkan itu.
Kali ini kau
tentu tahu bagaimana rasanya menanti di persimpangan selama mungkin dan seorang
diri. Akulah orang itu.
Aku yang
tahu bahwa kau tak pernah suka membaca tulisan seperti ini, tak perlu khawatir
karna aku tahu kau tak mungkin membacanya. Aku berani bersumpah atas petir yang
selalu menyambar kasar, atas janji yang diingkari Adam saat di surga, atas dosa-dosa
yang selama ini aku dapat bahwa kau takkan tahu bahwa aku menulis ini. Bahkan
kau takkan pernah tahu aku menulis ini untukmu.
Berkali-kali
aku menulis, berkali-kali pula aku hapus. Begitu seterusnya. Dilema ini takkan
ada habisnya, karna engkau tetap jadi sang tokoh utama. Rasanya tangan mungil
ini tak mau berhenti menulis kekaguman atas makhluk Tuhan yang bernama kamu. Rasanya aku tak tahu lagi
bagaimana caranya merangkai kata demi memuja dirimu.
Suatu saat nanti, akan ada masanya dimana engkau akan tak kenal rupaku. Akan ada masanya dimana engkau lupa segala tentangku. Namun aku sebaliknya, semakin merindu.
Aku lelah tidur dalam nyata. Bermimpi ria engkau di dalamnya, berandai-andai engkau seutuhnya, lalu terbangun tanpa engkau di sana.
Aku lelah berpura-pura dalam drama yang kubuat. Membiarkanmu menganggapku seperlumu, berdiam diri dan selalu menunggu, lalu menangis karna kau tak juga menoleh ke arahku.
Aku akan
selalu disini, di persimpangan sambil melongok ke berbagai arah demi menunggumu
menjemputku. Berpayung jingga dan sepucuk surat merah muda. Payung yang kuyakin
siap menahan derasnya hujan dan petir yang menyambar kasar. Dan sepucuk surat
yang kau akan tahu isinya. Ya, ungkapan rasa karna kau tahu aku tak sanggup
berkata.
Dengan cinta,
Aku yang menanti.
Ini dari hati banget ya kayaknya. Sabar yaaa. :3
BalasHapusNulisnya sih iya dari hati, tapi bukan sepenuhnya kisah aku kok bang ._.
BalasHapus