Hai, Idolaku…
Bagaimana
kabar lelaki pujaanku ini?
Aku
rindu sekali pada suara berintonasi cepatmu.
Aku
rindu pula pada salammu yang setengah berteriak itu.
Tentunya
aku sangat rindu pada wajah tampanmu yang selalu menghiasi ingatanku.
Maaf
jika aku tak pernah melihatmu ditelevisi,
Bukannya
menghina, tapi televisiku saja yang tak punya saluran lawakmu itu.
Tapi
tenang, aku selalu suka membuka situs penyimpan jutaan video itu.
Jika
kamu menebakku karna aku melihatmu disana,
Itu
benar.
Seribu
persen benar.
Tapi
jika aku boleh jujur,
Bukan
kamu yang pertama kali ku kenal.
Bukan
kamu yang pertama kali ku kagumi.
Kamu
boleh menertawakanku karna pada saat itu aku mengagumi sosok manusia Jawa
berbiola.
Tapi
bukankah ia memang selalu bisa memikat hati pemirsanya?
Tidakkah
kau lihat followers-nya yang sudah lebih dari 100k itu?
Namun
berlama-lama mengaguminya membuatku lelah.
Bukan
bermaksud bosan, tapi aku kurang menyukai lelaki bertutur lembut.
Aku
lebih suka pada laki-laki hitam manis berkaca mata.
Aku
lebih suka pada laki-laki yang taat pada Tuhannya.
Aku
lebih suka pada laki-laki tinggi kurus berhumoris tiada habis.
Percaya
atau tidak, aku menyukai lelaki yang berolahraga mengejar bola kaki.
Lantas
mengapa aku menyukaimu yang tak bisa bermain olahraga jutaan umat itu?
Karna
engkau punya kelebihan yang tak semua mereka punya.
Kurang
hebat apa lagi jika ada seorang lelaki dewasa yang suka mendaki alam ciptaan
Tuhan yang tingginya beribu-ribu kilometer itu?
Engkau
lebih sempurna dibanding semua lelaki yang ku kenal.
Maaf,
maksudku lelaki sempurna setelah Ayahku.
Oh,
ya. Bagaimana karirmu setelah mendapat juara 3 itu?
Aku
ingin sekali bertemu denganmu.
Meminta
foto bareng dengan gaya yang sama satu sama lain.
Tapi
apa daya, jarak yang tadinya dekat harus mendadak terjauhkan.
Aku
hanya perempuan beralamat kota hujan yang harus hijrah menuntut ilmu di kota
pelajar selama 4 tahun disana.
Padahal
belum lama aku mengenalmu lalu menyukaimu.
Dan
kini, semua kesempatan untuk bertemu denganmu terasa sirna.
Boleh
aku curhat?
Aku
hanya seorang perempuan yang belum ada lama taubat.
Jilbabku
masih berantakan.
Tadarusku
masih ngos-ngosan.
Tapi
aku akan terus berusaha memperbaiki sampai ke akar-akarnya.
Aku
taubat karna telah sadar bahwa sebelumnya aku sudah banyak menampung dosa.
Semua
taubatku berasal dari niat yang amat sangat.
Mengenalmu
itu plus-nya.
Terima
kasih karna kau selalu bisa membuatku tertawa.
Terima
kasih karna kau juga telah membuatku semakin rajin untuk menjadi wanita solehah.
Banyak
yang ingin kuceritakan, namun terlalu umum jika semakin banyak yang membaca. J
Terima
kasih, kamu. Semoga sukses menghampirimu dan orang-orang yang membaca tulisan
berinspirasi ini.
Terakhir,
ada salam dari video-videomu yang aku koleksi:
Tertanda,
(Fans-mu)