Laman

Sabtu, 14 Juni 2014

Untukmu, Dzawin Nur Ikram

Hai, Idolaku…
Bagaimana kabar lelaki pujaanku ini?
Aku rindu sekali pada suara berintonasi cepatmu.
Aku rindu pula pada salammu yang setengah berteriak itu.
Tentunya aku sangat rindu pada wajah tampanmu yang selalu menghiasi ingatanku.

Maaf jika aku tak pernah melihatmu ditelevisi,
Bukannya menghina, tapi televisiku saja yang tak punya saluran lawakmu itu.
Tapi tenang, aku selalu suka membuka situs penyimpan jutaan video itu.

Jika kamu menebakku karna aku melihatmu disana,
Itu benar.
Seribu persen benar.
Tapi jika aku boleh jujur,
Bukan kamu yang pertama kali ku kenal.
Bukan kamu yang pertama kali ku kagumi.

Kamu boleh menertawakanku karna pada saat itu aku mengagumi sosok manusia Jawa berbiola.
Tapi bukankah ia memang selalu bisa memikat hati pemirsanya?
Tidakkah kau lihat followers-nya yang sudah lebih dari 100k itu?

Namun berlama-lama mengaguminya membuatku lelah.
Bukan bermaksud bosan, tapi aku kurang menyukai lelaki bertutur lembut.
Aku lebih suka pada laki-laki hitam manis berkaca mata.
Aku lebih suka pada laki-laki yang taat pada Tuhannya.
Aku lebih suka pada laki-laki tinggi kurus berhumoris tiada habis.

Percaya atau tidak, aku menyukai lelaki yang berolahraga mengejar bola kaki.
Lantas mengapa aku menyukaimu yang tak bisa bermain olahraga jutaan umat itu?
Karna engkau punya kelebihan yang tak semua mereka punya.

Kurang hebat apa lagi jika ada seorang lelaki dewasa yang suka mendaki alam ciptaan Tuhan yang tingginya beribu-ribu kilometer itu?
Engkau lebih sempurna dibanding semua lelaki yang ku kenal.
Maaf, maksudku lelaki sempurna setelah Ayahku.

Oh, ya. Bagaimana karirmu setelah mendapat juara 3 itu?
Aku ingin sekali bertemu denganmu.
Meminta foto bareng dengan gaya yang sama satu sama lain.
Tapi apa daya, jarak yang tadinya dekat harus mendadak terjauhkan.

Aku hanya perempuan beralamat kota hujan yang harus hijrah menuntut ilmu di kota pelajar selama 4 tahun disana.
Padahal belum lama aku mengenalmu lalu menyukaimu.
Dan kini, semua kesempatan untuk bertemu denganmu terasa sirna.

Boleh aku curhat?
Aku hanya seorang perempuan yang belum ada lama taubat.
Jilbabku masih berantakan.
Tadarusku masih ngos-ngosan.
Tapi aku akan terus berusaha memperbaiki sampai ke akar-akarnya.

Aku taubat karna telah sadar bahwa sebelumnya aku sudah banyak menampung dosa.
Semua taubatku berasal dari niat yang amat sangat.
Mengenalmu itu plus-nya.

Terima kasih karna kau selalu bisa membuatku tertawa.
Terima kasih karna kau juga telah membuatku semakin rajin untuk menjadi wanita solehah.
Banyak yang ingin kuceritakan, namun terlalu umum jika semakin banyak yang membaca. J
Terima kasih, kamu. Semoga sukses menghampirimu dan orang-orang yang membaca tulisan berinspirasi ini.
Terakhir, ada salam dari video-videomu yang aku koleksi:



                                                                                                            Tertanda,
                                     

                                                                                                Niken Luqizar R.
                                                                                                          (Fans-mu)