Laman

Senin, 27 Januari 2014

Sweet Seventeen, My age will end…

Aku menangis, saat Mama melahirkanku. Tepat pukul 14.00 aku berada di dunia. Di kalender usang tahun 1997-an, aku mulai bernafas pada tanggal 28 januari.

      Aku tak tahu apa yang terjadi pada wanita yang telah merelakan segalanya padaku ini. Yang kulakukan hanyalah mulai berinteraksi dengan dunia yang baru, dunia yang ‘fana’ ini.

      Mama, maafkan aku yang pernah nakal di dalam perutmu. Aku rasa aku pernah tidak bisa diam saat itu, aku pernah menuntut makanan lebih padamu, bahkan aku pernah meminta sesuatu yang tidak tepat. Maaf, Ma…

      Kini aku harus mandiri, aku tak perlu lagi meminta oksigen yang kau hirup karna aku sudah bisa bernafas. Aku tak perlu lagi mengambil jatah makananmu saat aku dalam perutmu… Aku bisa sendiri, Ma… Aku bisa. Eh, tidak! Tidak! Aku butuh susu! Aku butuh susu sekarang! Mama aku hauuuuusss!!

      Maaf Mama, aku rasa aku belum bisa mandiri. Aku masih butuh belaianmu, mungkin aku masih ingin ‘membuatmu sibuk’. ‘Menyusahkanmu’ itu bukan mauku, tapi kebutuhanku.

      Maafkan aku, Ma. Kau tentu tau maksudku. Kau selalu ada, kaulah yang paling cepat tanggap atas sesuatu yang terjadi padaku. Dan hebatnya kau tak pernah lelah.

      Lambat laun aku menjadi balita. Mama selalu mengajariku banyak hal pada saat itu. Aku diajarkan berdiri, berjalan, lalu berlari. Mama selalu memakaikanku pakaian berwarna merah muda –warna kesukaanku-. Dan aku selalu merasa bahagia saat mengenakannya. Ah.. kurasa mama akan selalu seperti itu. Selalu membahagiakanku.

      Saat aku di Sekolah Dasar, kudapati foto aku sedang berdua bersama temanku –aku lupa namanya- sedang mengenakan seragam kebanggaan pada waktu di Taman Kanak-kanak. Bahkan aku lupa aku pernah difoto kala itu.

      Kini aku sudah beranjak remaja, aku sudah menstruasi dan pernah pacaran. Mama pasti marah jika tahu aku pernah pacaran, hehe.

      Saat aku menulis ini, ini merupakan detik-detik umurku menjelang 17 tahun. Aku semakin sadar bahwa umurku semakin memendek. Maka aku harus segera menjadi dewasa. Sempat terfikirkan bahwa menjadi dewasa itu terlihat enak, bebas, dan tak perlu diatur-atur lagi.

      Perasaan itu membuatku tak sabar sekaligus takut. Tak sabar karna tak ingin dianggap anak kecil lagi. Tapi takut juga karna menjadi dewasa itu mempunyai berbagai masalah yang berbeda.

      Mau tak mau, aku harus bersikap dewasa. Menghapus semua sifat burukku dan mempertahankan sifat baikku.


      Ampuni aku, Tuhan…  Aku tau umurku akan berkurang. Dan kuakui aku sungguh takut akan kebesaranMu. Aku takut aku tak bisa bahagiakan Mama, juga Ayah. Aku takut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar